Deskripsi Singkat :
Semua produk yang ada di sini tersedia online maupun offline. Keterangan produk online maupun offline akan selalu kami cantumkan pada setiap deskripsi produk. Pembelian barang bervariasi dalam satu akumulasi hanya bisa dalam kategori offline. Untuk toko offline silahkan hubungi kontak yang tersedia.
Pengiriman :
JNE Reguler, J&T, NINJA, POS Indonesia, TIKI
Kisah ini adalah tentang tetangga yang saya kenal saat saya masih
kuliah. Sebut saja namanya Pak Arif. Mungkin ia terlampau jujur, atau
mungkin ia memang tak berbakat curang.
Tak seperti teman-temannya, tiga puluh tahun menjadi pegawai negeri
sipil, hidup Pak Arif tak kunjung berubah. Sementara teman-temannya,
entah bagaimana, sudah bisa membeli rumah dan bahkan mobil. Bukannya ia
tak ingin kaya. Ia ingin sekali punya banyak uang. Ia ingin pergi
menunaikan haji. Dengan uang halal tentunya.
Demikianlah setiap bulan sedikit demi sedikit ia menyisihkan beberapa
puluh ribu. Terkadang bisa beberapa ratus ribu. Setiap malam ia berdoa
mohon diberi rezeki bisa menunaikan haji.
Tetapi mungkin Tuhan belum berkenan menerimanya sebagai tamu di
rumah-Nya: setiap terkumpul beberapa juta, uangnya selalu
berkurang—terkadang habis—karena untuk biaya berobat. Atau, mungkin
karena lelaki itu terlalu baik: jika semuanya baik-baik saja, selalu ada
hal yang membuatnya mengambil tabungannya; ia sering tak tega melihat
ada orang yang kesusahan.
Kadang, ia mengambil tabungannya setiap kali melihat anak tetangganya
kesulitan membayar SPP. Atau saat ada berita bencana, ia selalu
mengambil tabungannya untuk membantu. Dan anehnya, sepertinya ia
ditakdirkan bertemu dengan orang-orang yang kesusahan.
Selama bertahun-tahun uang tabungannya yang tak banyak itu lebih
banyak dipakai untuk membantu orang. Tentu kita paham sekarang mengapa
tabungannya tak pernah cukup untuk biaya naik haji, apalagi biayanya
tiap tahun terus naik. Tetapi ia terus berdoa mohon bisa sampai ke Tanah
Suci, dan terus menabung, walau tabungannya tak pernah bertambah
banyak.
Kini Pak Arif sudah pensiun. Ia tak bisa lagi menabung banyak-banyak.
Uangnya cukup untuk sehari-hari tetapi selalu bisa menyisihkan sedikit
uangnya untuk ditabung, meski pada akhirnya habis juga karena untuk
menolong orang.
Apakah ia putus asa? Tidak. Ia tetap berdoa, dengan doa yang sama
seperti tiga puluh tahun yang lalu. Hingga suatu malam pada malam
tanggal sembilan bulan haji, ia bermimpi berada di Mekah. Ia
melaksanakan semua ritual haji—tawaf, wuquf dan sebagainya. Dalam
mimpinya, saat wuquf itu ia dikunjungi Nabi Muhammad SAW.
Ia terbangun tepat saat adzan subuh. Ia menangis, sebab ternyata itu
hanya mimpi. Tetapi ia bahagia karena bermimpi bertemu Rasulullah SAW.
Seminggu sesudah mimpi, ia pagi-pagi kedatangan tamu. Mengaku utusan
dari mantan atasannya, yang baru saja naik haji dengan ONH plus. Utusan
itu berkata kepadanya, “sesuai pesen bapak, ini saya diutus mengantar
kenangan-kenangannya yang Pak Arif minta untuk dicetak.”
Utusan itu menyerahkan sebuah foto. Pak arif memandang foto itu lama
sekali: ia belum pernah ke Arafah, tetapi di foto itu tampak sang atasan
duduk bersama Pak Arif memakai baju ihram di padang Arafah.
Untuk Pembelian dalam jumlah Banyak, Silakan Kontak Customer Service Kami untuk mendapatkan harga terbaik
HOTLINE Hubungi Kami di Contact
PENGIRIMAN dengan Kurir Terpercaya
Produk Terkait :